Kau pernah menyukai seseorang
diam-diam?
Pertanyaan diatas akan memulai
posting kali ini. Cinta Diam Diam. Apakah itu benar ada? Ya, tentu saja ada.
Seseorang merasakannya hanya karena 2 kata laknat. Harga Diri. Kata itu yang
membuat kalbu kita terus mengerang, mempertanyakan apa kelanjutan dari rasa
yang kita rasakan. Tapi pertanyaan itu tak kunjung membuahkan jawaban hanya
karena mulut yang sangat rapat tertutup dan enggan melontarkan pertanyaan.
“Dia tau nggak ya kalo aku suka
sama dia?”
“Dia ngerasa nggak sama
sosokku?”
“Dia tau nggak ya aku barusan
ngeliatain dia?”
Paling tidak pertanyaan sperti
diatas yang kerap mengganggu pikiran kita. Ketika kita merasakan hal ini, kita
hanya mampu menatapnya dari kejauhan, tak berani menegur, tak berani bicara
walau hanya sekedar menyapa. Padahal hati kecil didalam sana, mengerang,
memaksa mulut untuk mengeluarkan suara emasnya. Ntah mengapa ketika kita
merasakan hal ini, keterkaitan antara anggota tubuh menjadi kurang bersahabat dengan sipengendali tubuh, otak.
Yupz, paling nggak itu asumsiku,
karena aku pernah merasakan hal ini.
Ketika itu aku hanya mampu
memandangnya dari kejauhan, menatap lekat-lekat kearahnya. Aku terlalu
pengecut. Aku menjadi pendusta. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan kata
itu padanya, aku menjadi pendusta karena
aku berbohong pada diriku sendiri akan salahnya rasa yang kurasakan.
Ketika kalbu dihiasi beribu
pertanyaan tentang dia, aku hanya bisa menunggu angin untuk menjawab
pertanyaanku.
Satu yang harus kau tau chingu *b.korea = teman*…
“Kenyataan
terpahit dalam hidup ini adalah ketika kita mencintainya tapi tak mampu
memilikinya” (the simple of love, 2011).
Maka,
mulai sekarang berhentilah untuk menunggu angin menjawab Tanya bisumu itu,
mulailah berpikir logis untuk menghentikan pertanyaan yang perlahan dapat
membuat kewarasanmu berkurang. Hal-hal sederhana dalam cinta terkadang membuat
semuanya menjadi lebih rumit. Dan anehnya manusia hanya terpaku pada KATA
CINTA, kata yang menjadi asal mula kerumitan dalam sebuah rasa itu (read: cinta).
Kupikir
kita dapat menghentikan Tanya bisu itu dengan cara komunikasi. Komunikasi akan
menghentikan pertanyaan demi pertanyaan yang menghiasi pikiran kita, pertanyaan
laknat yang menjadi sumber kerunyaman. Paling tidak kita mendapat sebuah
kepastian dengan komunikasi.
Karena
pada dasarnya cinta diam-diam juga akan mendapat balasan, walau hanya,
Penolakan secara diam-diam. dan jangan pernah menyesal telah mencintai dia, karena kamu yang memilihnya. Kita juga harus mengerti cinta bukan hanya milik kita, tetapi milik seluruh makhluk yang mengerti akan makna cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar