Kamis, 12 April 2012

Cinta Diam-Diam


Kau pernah menyukai seseorang diam-diam?
Pertanyaan diatas akan memulai posting kali ini. Cinta Diam Diam. Apakah itu benar ada? Ya, tentu saja ada. Seseorang merasakannya hanya karena 2 kata laknat. Harga Diri. Kata itu yang membuat kalbu kita terus mengerang, mempertanyakan apa kelanjutan dari rasa yang kita rasakan. Tapi pertanyaan itu tak kunjung membuahkan jawaban hanya karena mulut yang sangat rapat tertutup dan enggan melontarkan pertanyaan. 


“Dia tau nggak ya kalo aku suka sama dia?”
“Dia ngerasa nggak sama sosokku?”
“Dia tau nggak ya aku barusan ngeliatain dia?”
Paling tidak pertanyaan sperti diatas yang kerap mengganggu pikiran kita. Ketika kita merasakan hal ini, kita hanya mampu menatapnya dari kejauhan, tak berani menegur, tak berani bicara walau hanya sekedar menyapa. Padahal hati kecil didalam sana, mengerang, memaksa mulut untuk mengeluarkan suara emasnya. Ntah mengapa ketika kita merasakan hal ini, keterkaitan antara anggota tubuh menjadi  kurang bersahabat dengan sipengendali tubuh, otak.
Yupz, paling nggak itu asumsiku, karena aku pernah merasakan hal ini.


Ketika itu aku hanya mampu memandangnya dari kejauhan, menatap lekat-lekat kearahnya. Aku terlalu pengecut. Aku menjadi pendusta. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan kata itu  padanya, aku menjadi pendusta karena aku berbohong pada diriku sendiri akan salahnya rasa yang kurasakan.
Ketika kalbu dihiasi beribu pertanyaan tentang dia, aku hanya bisa menunggu angin untuk menjawab pertanyaanku.
Satu yang harus kau tau chingu *b.korea = teman*…

“Kenyataan terpahit dalam hidup ini adalah ketika kita mencintainya tapi tak mampu memilikinya” (the simple of love, 2011). 

            Maka, mulai sekarang berhentilah untuk menunggu angin menjawab Tanya bisumu itu, mulailah berpikir logis untuk menghentikan pertanyaan yang perlahan dapat membuat kewarasanmu berkurang. Hal-hal sederhana dalam cinta terkadang membuat semuanya menjadi lebih rumit. Dan anehnya manusia hanya terpaku pada KATA CINTA, kata yang menjadi asal mula kerumitan dalam sebuah  rasa itu (read: cinta).
            Kupikir kita dapat menghentikan Tanya bisu itu dengan cara komunikasi. Komunikasi akan menghentikan pertanyaan demi pertanyaan yang menghiasi pikiran kita, pertanyaan laknat yang menjadi sumber kerunyaman. Paling tidak kita mendapat sebuah kepastian dengan komunikasi.
            
            Karena pada dasarnya cinta diam-diam juga akan mendapat balasan, walau hanya, Penolakan secara diam-diam. dan jangan pernah menyesal telah mencintai dia, karena kamu yang memilihnya. Kita juga harus mengerti cinta bukan hanya milik kita, tetapi milik seluruh makhluk yang mengerti akan makna cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar